Tuesday, August 26, 2008

3G aka Video Call


klik aja kalo gak jelas

HP yang sekarang gw pake emang 3G. Cuman kok kyknya ga gw maksimalin ya? Kenapa waktu itu gw beli ini hp ya? Oia, karena HSDPA-nya. Dimana gw bisa onlen dmnpun semau gue dengan kecepatan super (kalo koneksinya lagi gak kacrut).

Speaking of 3G, khususnya disini video call, gw belum menemukan sisi positif apapun kecuali orang cuma bisa liat muka face to face. Beberapa sisi negatifnya nih ya:

1. Ditelpon sang pujaan hati yang lagi digebet disaat baru bangun tidur, dikala muka masih pada bengep. Pengennya gak ngangkat karena muka pasti kayak orang teler gada cakep2nya. Sementara pengen juga ngeliat mukanya yang mirip Hayden Christensen (masih ada euphoria semalem baru ntn Jumper). Dilema. Gak banget.
2. Ditelepon di tengah bisingnya jalan. Susah banget denger suaranya. Akhirnya yang ada tu HP ditempel2 juga ke kuping biar suaranya tetep kedengeran. Kayak yang ujung sana mau ngeliat bayang2 hitam bentuk kuping kita aja.
3. Ditelepon sama pasangan pdhl lagi selingkuh. Gimana ngelesnya coba? Yah, tinggal g diangkat aja sih. Lagian bego bgt sih, selingkuh kok nyalain hp?
4. Ditelepon orang yang ngetes HP 3G baru. Ini yang paling males. Apalagi kalo mereka mengira kalo tarif video call amat sangat jauh lebih mahal ketimbang voice call gara2 bisa liat gambar. Akhirnya mereka cuma, "Hi, keliatan gak? Hape gue sekarang bisa 3G nih! Udah ya? Mahal nih!" Dan mematikan video call hanya dalam waktu kurang dari 10 detik saja.
5. Ditelepon pacar pas lagi kerja sementara ada bos di deket kita.
6. Gw jadi curiga kalo fasilitas ini pastinya dipake juga buat yang gak2. Macem sex phone gt. Pasti iya! Cuman gue aja belum pernah nemu kasus kyk gt.
7. Akan di update kalo ada sisi2 gak asik-nya video call.

Ah, namanya juga teknologi. Pasti ada aja sisi2 positif n negatifnya.

Wednesday, August 13, 2008

Quite a Motto


Very nice Dogbert. Very nice.

Sepertinya memang seperti itu. Well, the word 'people' is suppose to change into 'boss'. Menyedihkan sekali ya? Terlihat sekali njilatnya. Belum lagi kalo kerjaan udah selese tapi harus berpura-pura sibuk biar bos g merasa rugi memberikan gaji dgn nominal sekian yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak.

Aksi pertama adalah window Excel sudah jelas wajib dibuka. Kemudian tidak lupa dengan window Customer Service Page, dilanjutkan dengan window Outlook Express. Setelah itu sisanya, yah, sudah bisa ditebak lah; Plurk, Yahoo Mail, blog orang ini, atau orang ini, dan juga orang ini, dan dashboard blog sndr, malang melintang di tab2 Mozilla. Oia, dan juga tidak pernah melupakan YM.

Stelah itu sisanya adalah menajamkan telinga mendengarkan gerak-gerik bos di cubicle sebelah. Kalau terdengar gerakan mencurigakan yang mengindikasikan kalau dia akan berdiri, maka kursor lgs meng-klik window Excel atau window manapun yang bisa di klik. Kadang2 saking kagetnya window yang kebuka malah yang gak seharusnya dibuka, such as Plurk misalnya, yang warnanya sangat cerah benderang dan sangat... fun. Jelas bukan window yang pantas dibuka di jam kerja. Oh, I sound so pathetic.

Aniway, I'm a good employee
. Got all the assignment done. Sometimes not in due time. Ok, most of the time not in due time.

Mungkin bos gw hampir menyesali kenapa dia hire gw.

Monday, August 11, 2008

It does Happen



Kalo dulu sih bener OUT TO LUNCH, tapi sekarang "OUT TO LUNCH". Note the quote sign. Itu cuma sekedar status YM. Kebiasaan itu mulai terbentuk semenjak pindah ke kantor baru. Dimana ada seorang OB (lebih tepatnya OG) yang bekerja sesuai dengan job desk-nya dia. Tidak seperti OB di kantor sebelum ini yang hanya bergerak kalo ada duit untuk upahnya dia. "Goceng dulu dong, mbak," Ampun deh gue. Mahal bener. Kalah Pak Ogah. Oia, beda jaman sih ya?

Aniway, kebiasaan itu membentuk suatu kemalasan yang cukup signifikan. Kalo OG-nya gada jadi males banget cari makan sendiri. Gak kayak jaman dulu yang rela berjalan menembus debu Cengkareng untuk mendapatkan sepotong ayam bakar yang wuenaak tenan. All the dust was worth it.

My Old Office



Gak lah, g mungkin se-lebay itu. Lagian illustasi di atas itu lebih ke arah password untuk login ke masing2 komputer. Cuma jadi inget waktu jaman kerja di kantor yang sebelum sekarang. Dimana mereka menerapkan sistem absen sidik jari. FYI, my former company adalah persh. advertising kecil yang hanya terdiri dari 10 orang pegawai saja, dimana sudah termasuk di dalamnya seorang kurir slash produksi dan juga OB slash produksi juga.

Para bos, yang terdiri dari seorang suami istri (
that's right, persh. keluarga), yang menerapkan sistem finger print absent, mati-matian berusaha menertibkan para pegawainya, yang sebagian besar tentunya anak-anak creative yang gak tau aturan.

Entah bagaimana itu sekarang nasibnya teman-teman gw di kantor gw yang super duper menyebalkan (dilihat dari sisi lingkungan kantor yang menyatu dengan truk2 tronton dan juga dilihat dari sisi Pak Bos yang sotoy mampus) itu. Kelihatannya beberapa dari mereka bertahan. Dan biasanya itu yang terpaksa. Karena biasanya yang capable gak akan betah lama2 di kantor lama gw itu.

Me? I resigned after absorbing the knowledge I could need and use. Such a villain :))